Jadi swing voter itu menyenangkan

Dalam Collins English Dictionary disebutkan bahwa Dalam Collins English Dictionary disebutkan bahwa A swing voter is a person who is not a firm supporter of any political party, and whose vote in an election is difficult to predict. Swing voter adalah orang yang bukan pendukung kuat partai politik mana pun, dan siapa yang akan dipilih dalam pemilihan, sulit diprediksi.

Swing voter akan kembali beraksi tahun depan di acara pemilihan kepala negara, kepala daerah tingkat provinsi maupun kabupaten juga kota di Indonesia. Mesin-mesin partai kembali akan gigit jari harap-harap cemas, mungkin sampai stres juga menanti aksi para swing voter ini, yang sudah mereka bujuk rayu sedemikian rupa untuk mendukung calon usungannya, kadang dibumbui black champage dan bahkan “serangan” amplop (masih adakah ?).

Setiap swing voter biasanya sudah punya tolok ukur sendiri, betapa pun anehnya. Normatif, seperti mengira-ngira mana pemimpin yang bakal adil, yang kira-kira akhlaknya mantes, yang kira-kira bakal memenuhi janji kampanyenya, yang keliatan kerjanya, mungkin sedikit terpengaruh kampanye atau acara debat di TV dan seterusnya. Nyeleneh juga tak masalah, pilih yang cakep-ganteng, anak muda zaman now, milih yang belum ubanan juga boleh, milih yang bau-bau artis sah atau cocok gaya-gaya militer sah, ngga suka sama partainya juga boleh dan seterusnya. Masih banyak lagi tolok ukur yang bisa dijadikan alasan memilih yang menjadi rahasia dapur para swing voter yang dipengaruhi latar belakang dirinya yang bermacam-macam. Itu lah pemilu, bagi swing voter mungkin merupakan hal yang menyenangkan dan disambut dengan riang gembira layaknya otak-atik kode buntut, diberi libur pula.

Begitulah, partai-partai politik di Indonesia diperkirakan harus bekerja lebih keras untuk meyakinkan sekitar 40% calon pemilih tidak loyal atau swing voter jika ingin meraup suara sebanyak mungkin.

Berdasarkan hasil survei lembaga riset dan konsultan Saiful Mujani, mengungkapkan perpindahan dukungan sebesar 38,4% dari pemilih partai tertentu ke partai lainnya.

“Ini merupakan swing (ayunan) yang besar, dan membuat persaingan partai sangat dinamis,” kata Direktur Utama Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan, Selasa (02/18), saat mengumumkan hasil jajak pendapat terbaru mereka itu.

Tapi mengapa swing voter banyak dijumpai di Indonesia? “Di Indonesia, party identification (ikatan psikologis dengan partai) itu lemah atau rendah, dan termasuk yang rendah di dunia,” ungkap Djayadi.

Temuan SMRC mengungkapkan bahwa kedekatan psikologis dengan partai itu hanya sekitar 11,7%, jadi, menurut Djayadi, hanya 1 dari sekitar 10 orang Indonesia yang punya ikatan psikologis kuat dengan partai tertentu. (Baca selengkapnya di BBC Indonesia).

Menurut saya sih, tidak mengherankan juga. Partai-partainya sendiri “main ayunan” sana-sini suka-suka kepentingan politik-kekuasaan mereka. “Tidak ada kawan, lawan dan koalisi yang abadi. Hanya ada kepentingan politik-kekuasaan, itu yang abadi.” Gitu kan ?

Post navigation

Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *