Jurnalistik era pandemi

Pandemi pada akhirnya benar-benar membangun batasan dalam berinteraksi bagi siapa saja, termasuk jurnalis. Ketika bencana lain seperti banjir, gempa bumi, hingga tsunami, jurnalis relatif leluasa bergerak mengumpulkan data lapangan, saat pandemi Covid-19, keleluasaan itu nyaris hilang sama sekali.

Pandemi pada akhirnya benar-benar membangun batasan dalam berinteraksi bagi siapa saja, termasuk jurnalis. Ketika bencana lain seperti banjir, gempa bumi, hingga tsunami, jurnalis relatif leluasa bergerak mengumpulkan data lapangan, saat pandemi Covid-19, keleluasaan itu nyaris hilang sama sekali.

Beruntung saat ini yang ada bukan telepon genggam yang baru bisa mengirimkan SMS.

Teknologi saat ini memungkinkan jurnalis bertahan di titik nadir sambil mengadopsi protokol kesehatan yang ketat. Liputan media saat ini pun berubah drastis. Wawancara tatap muka berganti via telepon, media center bergeser di grup Whatsapp, konferensi pers diganti link Youtube atau media sosial yang mendukung live streaming, diskusi atau seminar berpindah ke ruang meeting online melalui Zoom dan sejenisnya.

Tentu hal sedramatis itu tidak selalu mudah, ada beragam tantangan yang dihadapi jurnalis. Tantangan utama tentu berusaha menjaga kualitas jurnalisme di tengah proses news gathering yang serba online. Di sisi lain, faktanya, pada saat dibutuhkan jurnalis tetap harus turun ke lapangan untuk melakukan konfirmasi data dan fakta, apalagi media macam televisi. Tentu itu sebuah tantangan untuk mendayung di antara memburu berita, wabah dan alat pelindung tambahan seperti vaksin, swab, masker wajah, hand sanitizer, penyemprot desinfektan dan sarung tangan, dengan tetap mempertahankan protokol jarak sosial.

Pandemi memang telah mendisrupsi dunia jurnalistik, menyeret pelakunya melakukan lompatan teknologi dalam waktu singkat.

Post navigation

Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jejaring ala Sarnoff, Metcalfe dan Reeds

Tentang ujaran kebencian

Kritik

Kembali ke khittah blog 1997