
Warga NU terkenal ora kagetan, paling cuma ketawa dengan judul tulisan ini, boleh, sebelum tertawa itu dilarang. Judul di atas tujuannya untuk mengembalikan minat warga Nahdliyin untuk mengelola blog personal bernuansa Aswaja Annahdliyah ditengah, mungkin, kebingungan darimana harus mulai dan mau menulis apa. Dan salah satu upaya memecah kebuntuan itu adalah kembali menelusuri sejarah blog dan mulai kembali mengelola blog ala “old school” sebagai permulaan.
Rintisan website yang menyerupai blog sebetulnya sudah ada sebelum 1997. 1993 halaman What’s New pada browser Mosaic yang dibuat oleh Marc Andersen dianggap sebagai blog pertama. 1994, seorang siswa Amerika, Justin Hall memulai website pribadinya Justin’s Home Page yang kemudian berubah menjadi Links from the Underground yang mungkin dapat disebut sebagai Blog pertama seperti yang kita kenal sekarang. Namun, ijma netizen cenderung menunjuk penghujung 1997 sebagai titik awal mula blog. Tepatnya awal mula digunakannya istilah blog.
Awalnya isitilah blog adalah “weblog” yang pertama kali digunakan oleh Jorn Barger pada Desember 1997. Jorn menggunakan istilah weblog untuk menyebut website pribadi yang selalu diupdate secara berkelanjutan dan berisi link-link ke website lain yang dianggap menarik dan biasanya disertai dengan komentar-komentar mereka sendiri. Bisa dikatakan bahwa blog merupakan persilangan antara diary seseorang dan daftar link di Internet.
Berikutnya, sampai akhir tahun 1998 perkembangan blog belum menampakkan tanda-tanda yang menggembirakan. Belum banyak orang yang membuat blog karena pada saat itu hanya orang yang memiliki keahlian dan pengetahuan khusus di bidang IT atau pembuatan website, HTML saja yang mampu. Atau bisa dikatakan bahwa penggila blog barulah komunitas tertentu yang didominasi oleh kelompok orang tertentu yang memiliki keahlian tertentu pula.
Perkembangan jumlah blog yang cukup besar terjadi pada Juli 1999 ketika lahir pembuat layanan blog pertama, Pitas. Dengan fasilitas ini memungkinkan siapapun dengan pengetahuan dasar tentang HTML dapat menciptakan blog-nya sendiri secara online dan gratis. Dengan seketika jumlah blog pun bertambah hingga ratusan.
Disusul Agustus 1999, Pyra Lab (dari Silicon Valley) meluncurkan layanan Blogger.com yang dengan cepat menambah pengelola blog hingga ratusan ribu yang menggunakan layanan mereka dengan pertumbuhan 20% per bulan. Pada Februari 2003, Pyra Labs diakuisisi oleh Google, membuat sejumlah fitur premium Blogger yang sebelumnya dikomersialkan Pyra Labs menjadi layanan yang sepenuhnya gratis. Bersamaan diakuisisinya blogger.com muncul layanan blog wordpress.com yang didirikan Matt Mullenweg.
Dari sejarah blog serba singkat di atas bisa disimpulkan bahwa blog pada awalnya digunakan untuk menyaring informasi yang beredar di internet, memilihnya sesuka hati dan kemudian menampilkannya di blog. Di situ letak kebebasan seorang blogger (pengelola blog). Intinya, seorang blogger tidak harus selalu membuat tulisannya sendiri untuk mengisi blognya.
Intinya, seorang blogger tidak harus selalu membuat tulisannya sendiri untuk mengisi blognya.
Warga tidak perlu ragu untuk membuat sebuah blog pribadi dipenyedia layanan blog gratis seperti blogger.com atau wordpress.com. Setelah membuatnya, tidak perlu bingung untuk mengisinya. Konten-konten Aswaja An-Nahdliyah bertebaran dimana-mana untuk warga pilih dan tampilkan di blog yang telah dibuat.
Selanjutnya mempromosikan konten tersebut di media sosial atau di messenger. Syaratnya hanya satu, menampilkan link ke web asalnya. Selain merupakan bagian dari etika jurnalistik online juga untuk meyakinkan pembaca bahwa konten adalah asli diambil dari sumbernya.
Jika itu dilakukan secara konsisten, saya percaya kelak blog yang dikelola akan menjadi sebuah website portal artikel Aswaja NU yang unik entah sangking lengkapnya atau malah mengambil spesialisasi seperti sejarah NU, amaliah NU, kumpulan sholawat, kumpulan humor pesantren dan seterusnya. Ya, banyak sekali variasinya, entah apalagi ide yang terlintas dibenak warga.
Syaratnya hanya satu, menampilkan link ke web asalnya. Selain merupakan bagian dari etika jurnalistik online juga untuk meyakinkan pembaca bahwa konten adalah asli diambil dari sumbernya.
Leave a Comment